Kamis, 31 Maret 2011

PERADABAN SUKU MAYA


        Sejarah suku maya



            Peradaban suku maya adalah sebuah peradaban yang muncul di Mesoamerika, terkenal akan skrip tertulisnya yang berasal dari masa Pra-Columbus, juga terkenal akan kebudayaannya yang spektakuler, arsitektur, serta sistem matematika dan astronominya yang unik.
Peradaban Maya berawal pada periode Pra-klasik, yang berkembang pada Periode Klasik (sekitar 250 M sampai 900 M), dan berlanjut sampai periode Pos-Klasik sampai kedatangan bangsa Spanyol di Yucatan. Pada zaman keemasannya, negeri Maya adalah salah satu negeri terpadat dan berbudaya paling dinamis di dunia.


Peradaban Maya memiliki banyak kesamaan dengan peradaban Mesoamerika yang lain, hal ini disebabkan tingginya interaksi dan difusi budaya yang terjadi pada wilayah tersebut. Produk budaya seperti tulisan, epigrafi, dan kalender tidak sendirinya dihasilkan Maya–namun kebudayaan mereka sungguh tinggi.
Pengaruh Maya dapat ditemukan sejauh Mexico Tengah, lebih dari 1000 kilometer dari pusat negeri Maya. Peradaban di luar Maya juga mempengaruhi peradaban Maya, dimana ditemukan di seni tradisional Maya dan arsitekturnya. Pengaruh ini didapat dari hasil pertukaran budaya serta perdagangan tanpa adanya penundukan eksternal.
Bangsa Maya tidak punah, baik dari zaman setelah berakhirnya Periode Klasik ataupun dengan kedatangan penjelajah bangsa Spanyol conquistadores dan kolonisasi Spanyol yang berturut-turut. Saat ini, Maya dan keturunannya membentuk populasi yang masih mempertahankan tradisi dan kepercayaan, dengan hasil akulturasi dan ideologi Katolik Roma yang diadaptasi sejak zaman pra-Columbus dan masa pos-pendudukan.
Bahasa Maya tetap menjadi bahasa utama mereka saat ini. Salah satu bentuk budaya mereka, Rabinal Achí, yaitu sebuah drama tradisional, dimasukkan ke dalam daftar Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia oleh UNESCO di tahun 2005.



1.    LETAK GEOGRAFIS
Kerajaan maya terletak di meksiko selatan dan amerika tengah,wilayah kerajaan maya meliputi semenanjung yukatan        { meksiko}, honduras, dan guatemala.pusat peradabannya ada di semenanjung yukatan.
      
2.     PERTANIAN
Suku maya telah mengenal sistem pengairan terusan. Mereka membangun kebun chinampa di pulau-pulau yang dangkal di lembah meksiko dan tanamam pokoknya adalah jagung.

3.     ILMU ASTRONOMI
Suku maya telah mengenal dua sistem kalender yaitu;
·        Sistem kalender berdasarkan peredaran matahari,  1 tahun=365 hari
·        Sistem kalender bedasarkan kepercayaan,  1 tahun = 260 hari

4.     HASIL KEBUDAYAAN
Hasil kebudayaab suku maya adalah  ;
·        Mampu membangun kota terbesar di dunia, kota theotihuakan yang di huni 100.000 penduduk.
·        Tikal, situs tertua di dunia yang berupa piramida terjal di sisinya.
·        Kota dongeng machu picchu bertengger mengangkangu gunung yang sempit,  menjulang tinggi setinggi 600 M di atas lembah sungai Urubamba.

5.     KEPERCAYAAN
Kepercayaan suku maya banyak menyembah dewa-dewa { politheisme}, seperti dewa laut , dewa matahari , dewa hujan, dan dewa musim semi.mereka juga mengenal upacara pemujaan yang mengorbankan nyawa manusia. Karena mereka percaya bahwa matahari harus makan jantung dan darh manusia untuk menentukan kelangsunagn hidup di dunia.


LEGENDA SUKU MAYA
 

Rahasia Kebudayaan Bangsa Maya Banyak orang pernah mendengar legenda budaya bangsa Maya. Selama ini, kesan sebagian besar orang terhadap bangsa Maya tidak terlepas dari suasana hutan belantara di benua Amerika. Menyinggung tentang bangsa Maya, yang terlintas dalam benak sejumlah orang adalah sekelompok orang Indian yang sekujur tubuhnya mengenakan pakaian bulu warna cemerlang, berputar mengelilingi lingkaran di bawah sinar rembulan melaksanakan upacara misterius, di tengah-tengah berdiri dukun sakti yang berilmu tinggi. Mari kita simak ulasan yang diambil dari  Buku “Himpunan Inspirasi Peradaban Prasejarah” dan di tulis ulang di fadlie.web.id. Memang benar, bangsa Maya tinggal di Amerika Tengah yang sekarang ini, bekas peninggalan sejarah yang misterius berada di dalam hutan belantara yang terpencil dan sepi, sekalipun begitu, ada beberapa orang yang mengetahui, bahwa bangsa Maya mempunyai hubungan yang sangat erat dengan bangsa Tiongkok dan Mongol di belahan bumi lain yang jauh. Peninggalan batu raksasa dan karya seni bangsa Maya yang mahatinggi, jauh melebihi kehebatan teknologi masa kini. Marilah kita lepaskan prasangka dan persepsi yang telah telanjur tertanam, menyelami kembali bekas kehidupan dan tempat tinggal bangsa Maya, melihat-lihat bagaimana dan apakah sebenarnya bangsa dan kebudayaan Maya.



              PROSES PENEMUAN SUKU MAYA OLEH BANGSA LUAR



Bangsa Spanyol masuk ke Amerika Selatan pada abad ke-16, dengan status agresor mereka menjajah daratan yang asli ini. Penduduk Amerika Tengah dan Selatan ketika itu hidup sebagai petani yang primitif, mereka sama sekali tidak berdaya menghadapi kapal dan meriam kuat bangsa Spanyol. Dan dengan cepat, bangsa Spanyol menyebarkan agama mereka ke tempat tersebut, dua orang misionaris yang melihat kepercayaan takhayul dan ilmu sihir penduduk setempat, segera membakar tempat tersebut, mengakibatkan buku kuno yang disembunyikan semuanya terbakar musnah.
Tidak disangka bahwa buku-buku tersebut adalah buku kuno yang mencatat pusaka pengetahuan peninggalan kebudayaan bangsa Maya yang telah lama menghilang, di dalamnya tercatat secara terperinci tingkat ilmu pengetahuan dan budaya mereka yang mahatinggi pada masa itu. Mungkin demikianlah takdirnya, kini para ilmuwan yang menyelidiki kebudayaan Maya hanya bisa menggambarkan kehebatan budaya Maya saat itu secara tambal sulam berdasarkan potongan naskah yang berhasil dikumpulkan.
 



        PENEMUAN PIRAMIDA DI PERADABAN SUKU MAYA



 Piramida bangsa Maya dapat dikatakan merupakan bangunan piramida kedua yang terkenal setelah piramida di Mesir. Kedua jenis bangunan piramida ini terlihat tidak begitu sama, warna piramida Mesir adalah kuning keemasan, sebuah piramida bersudut empat yang berbentuk kerucut, agak terkikis setelah berabad-abad tertiup angin dan diterpa hujan. Piramida Maya lebih rendah sedikit, disusun dari bebatuan raksasa yang berwarna abu-abu dan putih, tidak semuanya berbentuk kerucut, di puncaknya ada sebuah balairung untuk memuja dewa. Di sekeliling piramida Maya masing-masing memiliki 4 tangga, setiap tangga memiliki 91 undakan, secara total 4 buah tangga ditambah satu undakan bagian paling atas adalah berjumlah 365 undakan (91 x 4 + 1 = 365), tepat merupakan jumlah hari dalam satu tahun.
Bangsa Maya sangat memperhatikan ilmu perbintangan, baik di dalam maupun di luar bangunan semuanya adalah angka yang berhubungan dengan hukum peredaran benda langit. Selain jumlah undakan tangga, pada 4 bagian piramida masing-masing terdapat 52 buah relief 4 sudut, menandakan satu abad bangsa Maya adalah 52 tahun.
Observatorium astronomi bangsa Maya juga memiliki bentuk bangunan yang sangat spesifik. Dilihat dari sudut pandang masa kini, secara fungsional maupun bentuk luar observatorium bangsa Maya sangat mirip dengan observatorium masa kini, sebagai contoh misalnya menara pengamat observatorium Kainuoka, di atas teras yang indah dan sangat besar pada menara tersebut, terdapat undakan kecil bertingkat-tingkat yang menuju ke teras. Ada beberapa kemiripan dengan observatorium sekarang, juga merupakan sebuah bangunan tingkat rendah yang berbentuk tabung bundar, pada bagian atas terdapat sebuah kubah yang berbentuk setengah bola, kubah ini dalam rancangan observatorium sekarang adalah tempat untuk menjulurkan teropong astronomi. Empat buah pintu di lantai yang rendah tepat mengarah pada 4 posisi. Jendela di tempat itu membentuk 6 jalur hubungan dengan serambi muka, paling sedikit tiga di antaranya berhubungan dengan astronomi. Salah satunya berhubungan dengan musim semi (musim gugur), sedangkan dua lainnya berhubungan dengan aktivitas bulan.
Menara pengamat observatorium Kainuoka ini adalah peninggalan terbesar dalam sejarah, peninggalan sejarah yang lain juga memiliki bangunan yang serupa. Semuanya dalam posisi yang saling merapat dengan matahari dan bulan. Belakangan ini arkeolog beranggapan bahwa astronom bangsa Maya pada zaman purbakala telah membangun jaringan pengamat astronomi pada setiap wilayahnya.
Dinilai pada masa kini, bangunan tersebut cukup menakjubkan. Piramida Maya misalnya, bagaimanakah caranya memotong bebatuan berukuran sangat besar, diangkut ke tempat yang jauh dalam hutan belantara, bebatuan yang beratnya puluhan ton, ditumpuk hingga mencapai tinggi 70 meter, jika tidak ditunjang dengan alat angkut dan peralatan yang memadai, adalah sangat sulit untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Dan suku bangsa yang hidup dalam hutan belantara, mengapa harus mengerahkan upaya dan tenaga sedemikian besar, membangun sebuah jaringan pengamat observatorium? Ditilik dari sejarah, teleskop baru ditemukan pada abad ke-16 oleh Galileo, setelah itu barulah muncul observatorium ukuran besar, dan konsep jaringan pengamat observatorium baru muncul pada zaman modern. Kala itu konsep yang demikian dapatlah dikatakan sangat maju dan canggih.
Lembaran budaya cemerlang yang ditulis bangsa Maya untuk sejarah manusia, telah kita ketahui tingkat keanggunannya. Arkeolog menganggap, kebudayaan bangsa Maya semestinya secara perlahan-lahan terbentuk sejak tahun 2000 SM hingga masa tahun 250 M, setelah tahun 250 M hingga masa tahun 900 M, budaya tersebut memasuki masa keemasan, dan pada abad ke-7 dan 8, memasuki masa yang sangat makmur dan sejahtera.
Tulisan paling dini bangsa Maya muncul menjelang dan sekitar Masehi, namun batu prasasti pertama yang tergali memperlihatkan catatan yang menulis tahun 292 M. Sejak itu, tulisan bangsa Maya hanya tersebar pada areal terbatas. Dan pada tarikh Masehi setelah pertengahan abad ke-5, tulisan bangsa Maya baru secara menyeluruh tersebar ke semua kawasan Maya. Misalnya batu prasasti terakhir diselesaikan pada 869 M, dan batu prasasti terakhir di seluruh kawasan Maya diselesaikan pada 909 M.





             KEPUNAHAN PERADABAN SUKU MAYA


Menurut data penelitian: “Suatu hari di tahun 909 M, tanpa sebab yang jelas, 80% bangsa kuno Maya tiba-tiba saja menghilang, tidak hanya meninggalkan kuil yang belum selesai dibangun, bahkan sejumlah besar balairung dewa dan bangunan model raksasa semuanya ditinggalkan begitu saja, terbenam dalam reruntuhan tembok yang roboh. Semua pusat pemujaan juga terhenti aktivitasnya. Kemudian, sejak hari itu, kebijaksanaan leluhur lenyap dengan sangat cepat, dan bangsa Maya yang tertinggal pun mulai berubah menjadi buta pengetahuan dan merosot moralnya.”
            Dari bukti penelitian ilmuwan ini, kita dapat memberikan penjelasan yang rasional: Setelah mengalami perkembangan budaya yang tinggi, dikarenakan perkembangan budaya materi, kehidupan bangsa Maya kuno lambat laun merosot, menuju kemerosotan moral masyarakat. Lalu sebagian yang masih disebut kebijaksanaan leluhur itu, pada kenyataannya adalah sekelompok orang yang telah jatuh merosot moralnya, mereka mendorong perkembangan hal yang tidak baik, membuat segenap masyarakat bangsa Maya kuno mengarah menuju kepunahan!
Meskipun terdapat sejumlah dokumen yang tersisa, namun sangat sulit bagi kita untuk memastikan peristiwa mengerikan apa yang sebenarnya terjadi pada tahun 909 M itu, berbagai macam versi hipotesa tentang kepunahan bangsa Maya, misalnya banjir, gempa bumi, angin topan, bencana maupun pendapat lainnya tentang wabah, keracunan massal, penyakit menular, bahkan dikatakan populasi yang membengkak, pembakaran hutan secara berulang kali untuk bercocok tanam yang mengakibatkan tanah gersang, ataupun bencana ekonomi, bahkan dikatakan invasi musuh, perang antarkota, pemberontakan kaum petani maupun masalah sosial seperti bunuh diri massal, dan pendapat lain yang tak terhitung jumlahnya. Apa pun penyebabnya sama sekali tidaklah penting, intinya adalah sejarah sekali lagi telah mempertahankan orang yang baik dan sederhana, sedangkan sebutan “buta pengetahuan dan merosot moralnya” yang digunakan untuk melukiskan keturunan bangsa Maya, hanyalah kaidah yang dilihat oleh mata manusia masa kini,
sangat lugu dan baik seperti tidak berpengetahuan, tidak tahu mengejar keuntungan mendatangkan keputusasaan. Pertanyaannya adalah mengapa sejarah manusia lagi-lagi mencatat lenyapnya umat manusia yang disebut sebagai “kebijaksanaan leluhur”?




                                    RAMALAN PADA KALENDER SUKU MAYA





          Tahun 2012 Dunia Kimat Pada Ramalan kalender Suku Maya
Pada sistem penanggalan didalam Kalender Bangsa Maya/Maya Calendar yg merupakan kalender paling akurat hingga kini yg pernah ada di bumi. (Perhitungan Maya Calendar dari 3113 SM sampai 2012 M), mereka (Bangsa Maya) menyatakan pada tahun 2012, tepatnya tanggal 21 Desember 2012, merupakan “End of Times”. Maksud dari “End of Times” itu sendiri masih diperdebatkan oleh para ilmuwan, dan arkeolog.

            Ada yang menyatakan bahwa maksudnya adalah :

1. Berhentinya waktu (bumi berhenti berputar)
2. Peralihan dari Zaman Pisces ke Aquarius
3. Peralihan dari Abad Silver ke Abad keemasan
4. End of Times = End of the World as we know it
5. Akan ada sebuah galactic Wave yang besar, yang memberhentikan semua kegiatan di muka bumi ini, termasuk kemusnahan manusia
6. Perubahan dari dimensi 3 ke dimensi 4, bahkan 5
7. Kehidupan manusia meningkat dari level dimensi 3, ke 4, DNA manusia meningkat dari strain 2 ke 12, sehingga manusia dapat menggunakan telepati bahkan telekinesis
8. Ada yang menyatakan tidak akan terjadi apa-apa
9. Ada yang menyatakan waktu sudah tidak akan berlaku, jadi waktu tidak linear, tetapi bisa berubah-ubah, sesuai dengan waktu yang kita alami, karena ditemukannya mesin waktu
10. Ditemukannya mesin waktu dan stargate
11. Manusia sudah dapat melakukan transportasi ke galaxi lain, melalui stargate
12. Bangkitnya messiah, yang akan menyelamatkan manusia dari kehancuran
13. Kebangkitan Isa AS / Jesus
14. First Contact pertama kali peradaban manusia dengan Alien/UFO
15. Manusia bergabung dengan komunitas antar galaxi pertama kali, manusia = galaxy being

Dalam kalender bangsa Maya yang sangat tersohor itu, diramalkan bahwa pada periode 1992-2012 bumi akan “dimurnikan”, selanjutnya peradaban manusia sekarang ini akan berakhir dan mulai memasuki peradaban baru.

      Dalam sejarah peradaban kuno dunia, bangsa Maya dikenal menguasai pengetahuan tentang ilmu falak yang khusus dan mendalam, sistem penanggalan yang sempurna, penghitungan perbintangan yang rumit serta metode pemikiran abstrak yang tinggi. Kesempurnaan dan akurasi dari pada penanggalannya membuat orang takjub.

      Sekelompok masyarakat yang misterius ini tinggal di wilayah selatan Mexico sekarang (Yucatan) Guetemala, bagian utara Belize dan bagian barat Honduras. Banyak sekali pyramid, kuil dan bangunan-bangunan kuno yang dibangun oleh Maya yang masih dapat ditemui di sana. Banyak juga batu-batu pahatan dan tulisan-tulisan misterius pada meja-meja yang ditinggalkan mereka.



          Para arkeolog percaya bahwa Maya mempunyai peradaban yang luar biasa. Hal itu bisa dilihat dari peninggalannya seperti buku-bukunya, meja-meja batu dan cerita-cerita yang bersifat mistik. Tetapi sayang sekali buku-buku mereka di perpustakaan Maya semuanya sudah dibakar oleh tentara Spanyol ketika menyerang sesudah tahun 1517. Hanya beberapa tulisan pada meja-meja dan beberapa system kalender yang membingungkan tersisa sampai sekarang.

           Seorang sejarahwan Amerika, Dr. Jose Arguelles mengabdikan dirinya untuk meneliti peradaban bangsa ini. Ia mendalami ramalan Maya yang dibangun di atas fondasi kalender yang dibuat bangsa itu, dimana prediksi semacam ini persis seperti cara penghitungan Tiongkok, ala Zhou Yi. Kalendernya, secara garis besar menggambarkan siklus hukum benda langit dan hubungannya dengan perubahan manusia.

          Dalam karya Arguelles, The Mayan Factor: Path Beyong Technology yang diterbitkan oleh Bear & Company pada 1973, disebutkan dalam penanggalan Maya tercatat bahwa sistim galaksi tata surya kita sedang mengalami ‘The Great Cycle’ (siklus besar) yang berjangka lima ribu dua ratus tahun lebih. Waktunya dari 3113 SM sampai 2012 M. Dalam siklus besar ini, tata surya dan bumi sedang bergerak melintasi sebuah sinar galaksi (Galatic Beam) yang berasal dari inti galaksi. Diameter sinar secara horizontal ini ialah 5125 tahun bumi. Dengan kata lain, kalau bumi melintasi sinar ini akan memakan waktu 5125 tahun lamanya.

         Orang Maya percaya bahwa semua benda angkasa pada galaksi setelah selesai mengalami reaksi dari sinar galaksi dalam siklus besar ini, akan terjadi perubahan secara total. Orang Maya menyebutnya, penyelarasan galaksi (Galatic Synchronization). Siklus besar ini dibagi menjadi 13 tahap, setiap tahap evolusi pun mempunyai catatan yang sangat mendetail. Arguelles dalam bukunya itu menggunakan banyak sekali diagram-diagram untuk menceritakan kondisi evolusi pada setiap tahap. Kemudian setiap tahap itu dibagi lagi menjadi 20 masa evolusi. Setiap masa itu akan memakan waktu 20 tahun lamanya.

        Dari masa 20 tahun antara tahun 1992-2012 itu, bumi kita telah memasuki tahap terakhir dari fase Siklus Besar, bangsa Maya menganggap ini adalah periode penting sebelum masa pra-Galatic Synchronization, mereka menamakannya: The Earth Generetion Priod (Periode Regenerasi Bumi). Selama periode ini bumi akan mencapai pemurnian total. Setelah itu, bumi kita akan meninggalkan jangkauan sinar galaksi dan memasuki tahap baru: penyelarasan galaksi.

         Pada 21 Desember 2012 akan menjadi hari berakhirnya peradaban umat manusia kali ini, dalam perhitungan kalender Maya. Sesudah itu, umat manusia akan memasuki peradaban baru total yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan peradaban sekarang. Pada hari itu, tepatnya musim dingin tiba, matahari akan bergabung lagi dengan titik silang yang terbentuk akibat ekliptika (jalan matahari) dengan ekuator secara total. Saat itulah, matahari tepat berada di tengah-tengah sela sistem galaksi, atau dengan kata lain galaksi terletak di atas bumi, bagaikan membuka sebuah “Pintu Langit” saja bagi umat manusia.

          Mulai 1992, bumi memasuki apa yang oleh bangsa Maya disebut ‘Periode Regenerasi Bumi”. Pada periode ini, Bumi dimurnikan, termasuk juga hati manusia,                (ini hampir mirip ramalan orang Indian Amerika-Utara terhadap orang sekarang ini), subtansi yang tidak baik akan disingkirkan, dan substansi yang baik dan benar akan dipertahankan, akhirnya selaras dengan galaksi (alam semesta), ini adalah singkapan misteri dari gerakan sistem galaksi kita yang diperlihatkan oleh bangsa Maya.

         Sejak tahun 1992 sampai 2012 nanti, bagaimana terjadi “pemurnian” dan bagaimana pula terjadi “regenerasi” pada bumi kita ini, tidak disebutkan secara detail oleh bangsa Maya. Dalam ramalan mereka pun tidak menyinggung tentang apa hal konkret yang memberikan semangat manusia untuk bangkit dari kesadaran dan bagaimana bumi mengalami permurnian, yang ditinggalkan oleh mereka kepada anak cucunya (barangkali tidak tercatat). Lantas, fenomena baru apa yang sudah bisa kita lihat sejak tahun 1992 sampai sekarang yang bisa kita kaitkan dengan ramalan bangsa Maya yang beradab itu?

        Mungkin sudah diatur, bahwa kalender Maya tidak hilang dan sejarah manusia, dan harus diuraikan dengan kode oleh manusia sekarang. Namun ia tetap saja harus dilihat, apakah umat manusia yang terpesona oleh konsepsinya yang terbentuk sesudah kelahiran dapat menembus batas-batas untuk mengingatkan dan memahami kebenaran yang melampaui sistim pengetahuan kita.

        Sebenarnya, jika ditinjau dari beberapa penelitian yang telah dilakukan saat ini. Memang pada beberapa dua dasawarsa belakangan ini, bumi sedang mengalami suatu siklus yang dinamakan pembalikan daya magnet kutub.

         Pembalikan daya magnet kutub adalah proses yang terjadi pada waktu kutub utara dan kutub selatan saling bertukar posisi. Ketika ini terjadi, untuk beberapa saat medan magnet bumi mencapai Gauss nol,




Minggu, 27 Maret 2011

CHEAT EMPIRE EARTH

Untuk mengunakan cheat, anda diharuskan menjalankan game empire earth lalu menekan tombol enter pada saat bermain game tersebut dan copy paste
  • 1,000 More Food: boston food sucks
  • 1,000 More Gold: atm
  • 1,000 More Iron: creatine
  • 1,000 More Rock: rock&roll
  • 1,000 More Wood: you said wood
  • 100,000 of All Resources: all your base are belong to us
  • Building of All Structures Completed: coffee train
  • Display All Cheat Codes: display cheat
  • Full map: asus drivers
  • Full Map and All Resources: my name is methos
  • Instant Building and Research: brainstorm
  • Lose the Game: ahhhcool
  • No Food: slimfast
  • No Gold: boston rent
  • No Iron: girlyman
  • No Resources: the big dig
  • No Rock: mine your own business
  • No Wood: uh, smoke?
  • Planes Refueled in Mid-air: friendly skies
  • Remove Objects from Map: headshot
  • Restore Energy to Character: i have the power
  • Unknown Effect: bam
  • Upgrade to lvl.10 for All Units: the quotable patella
  • View Fish and Animals: Columbus
  • Win the Game: somebody set up us the bomb

Selasa, 22 Maret 2011


KERAJAAN SRIWIJAYA
KERAJAAN SRIWIJAYA
Jauh sebelum mengenal tulisan, kehidupan masyarakat prasejarah di Indonesia masih mengandalakan local genius yang mereka miliki. Local genius merupakan kebudayaan atau kepandaian asli yang mereka miliki yang belum dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat lainnya. Local genius ini memiliki peranan penting bagi kehidupan masyarakat prasejarah meliputi berbagai aspek yaitu, sosial, ekonomi, dan ilmu pengetahuan. Pada kehidupan sosial, ekonomi, dan ilmu pengetahuan masyarakat prasejarah telah mengenal kehidupan gotong royong, bercocok tanam tingkat awal sampai tingkat lanjut dan juga telah mengenal sistem barter, serta telah memiliki kemampuan membuat perahu bercadik dan mengenal ilmu perbintangan. Sistem kepercayaannya pun telah mengenal sistem kepercayaan animisme dan dinamisme, dimana mereka percaya bhwa setiap benda memiliki kekuatan gaib dan setiap ruh memiliki kekuatan gaib. Mereka juga telah mengenal hidup nomaden hingga hidup secara sedenter. Seluruh peristiwa tersebut tidak terlepas dari local genius yang mereka miliki saat itu. Hal ini belum dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu Budha.
Sering dengan pembabakan masa, kehidupan masa prasejarah mulai berubah menjadi masa sejarah atau masa mengenal tulisan. Pada masa mengenal tulisan, sudah mengalami kontak dengan dunia luar dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sebenarnya, pada masa prasejarah, masyarakat purba telah menjalin hubungan dengan negara lain. Hal ini dikarenakan oleh keadaan geografis yang berbeda sehingga memungkinkan untuk menjalin hubungan perdagangan  dengan dunia luar dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini diperkuat dari berita Cina yaitu adanya barang barang keramik Cina yang banyak ditemukan di Indonesia. Barang keramik itu ada yang berasal dari dinasti Han (206 SM-221 SM). Bahkan arca batu dari pasemah (Sumatera Selatan, kabupaten Lahat) terdapat dalam suatu langgam yang mirip juga dengan langgam pahatan dinasti Han.
Dengan dimulainya masa sejarah, maka dimulai pula masa peradaban hindu budha yang mempengaruhi seluruh aspek dan sistem kehidupan di indonesia. Proses masuknya kebudayaan hindu budha tidak bisa dipisahkan dengan aktivitas hubungan Indonesia, India dan Cina sekitar abad 1 masehi. Hal ini terjadi karena kepulauan indonesia letaknya ditengah tengah perjalanan laut yang menghubungkan Cina dan India. Pada awalnya hubungan antara Cina dan India adalah hubungan dagang. Sekitar abad 1 masehi Cina dan India melakukan hubnagn dagang melaui jalur darat. Akan tetapi , hal tersebut banyak mengalami kendala yaitu terdapat perampok yang merampas barang komoditi yang akan mereka jual. Oleh karena itu, mereka mulai menggunakan jalur laut guna menghindari kendala tersebut. Akibat hubungan melalui jalur laut inilah posisi kepulauan nusantara menjadi penting, sehingga akhirnya kebudayaan hindu mulai menyebar ke nusantara. Banyak ilmuwan yang mngemukakan teori masuknya hindu budha. Akan tetapi, teori yang paling mendekati kebenaran yaitu teori brahmana yang dikemukakan oleh J.C Van Leur yang mengemukakan bahwa golongan brahmanalah yang mempunyai peranan dalam proses penyebaran hindu. Teori ini juga diperkuat dengan adanya prasasti yang bertuliskan huruf sansekerta. Huruf sansekerta hanya dimengerti dan dipahami oleh kaum brahmana karena segala sesuatu yang bersifat keagamaan dikuasai penuh oleh kaum brahmana.
Wujud pengaruh kebudayaan Hindu Budha meliputi berbagai aspek yaitu, bidang bangunan, bidang kesenian, bidang filsafat, bidang pemerintahan, bidang ekonomi, dan didang sosial. Dalam bidang bangunan tampak jelas terjadi akulturasi punden berundak dengan kuil India yang menghasilkan candi. Bidang ekonomi telah mengenal mata uang dan sistem perdagangan tidak terlepas dari pengaruh Hindu Budha. Bidang sosial dari sistem gotong royong menjadi sistem kasta dimana dalam sistem kasta mengakibatkan hubungan sosial menjadi kaku dan sulit melakukan pergerakan mobilitas sosial. Selain itu, pada bidang pemerintahan ketika zaman purba hanya mengenal kepala suku (primus enterperes) sebagai pemimpin suku tersebut. Sehingga, ketika masa peradaban Hindu Budha dimulai sistem birokrasi pemerintahan berubah menjadi sistem kerajaan.
Kebudayaan Hindu Budha telah banyak melahirkan kerajaan kerajaan besar di tanah nusantara yang mampu menaklukan seluruh nusantara bahkan sebagian di daerah luar di asia tenggara. Kerajaan besar itu khususnya ialah kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya diketahui luas sebagai kerajaan maritim terbesar di indonesia yang pernah berjaya di masa lampau. Di dalam peta sejarah asia tenggara lama, nama Sriwijaya nyaris menjadi mitos dari sebuah kebesara dan keagungan. Selain dikenal dengan potensi lautnya yang besar, nama Sriwijaya juga terdengar harum karena keterbukaannya dengan dunia luar. Reputasi Sriwijaya sebagai kerajaan yang berbudaya juga dikenal luas karena di Sriwijaya-lah untuk pertama kalinya agama budha berkembang pesat.
Kerajaan Sriwijaya adalah nama kerajaan yang tentu sudah tidak asing, karena Sriwijaya adalah salah satu kerajaan maritim terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara pada waktu itu (abad 7 - 15 M). Perkembangan Sriwijaya hingga mencapai puncak kebesarannya sebagai kerajaan Maritim. Sumber-sumber sejarah kerajaan Sriwijaya selain berasal dari dalam juga berasal dari luar seperti dari Cina, India, Arab, Persia. Pengetahuan mengenai sejarah Sriwijaya baru lahir pada permulaan abad ke-20 M, ketika George Coedes menulis karangannya berjudul Le Royaume de Crivijaya pada tahun 1918 M. (Muljana, 2006:108)
Kerajaan Sriwijaya berpusat di daerah yang sekarang dikenali sebagai Palembang di Sumatera Pengaruhnya amat besar di atas semenanjung Malaysia dan Filipina. Kuasa Sriwijaya merosot pada abad ke-11 .Kerajaan Sriwijaya mulai ditakluk berbagai kerajaan Jawa, pertama oleh kerajaan Singosari (Singasari) dan akhirnya oleh kerajaan Kerajaan Majapahit. Malangnya, sejarah Asia Tenggara tidak didokumentasikan dengan baik. Sumber sejarahnya berdasarkan laporan dari orang luar, prasasti dan penemuan arkaelogi, artefak seperti patung dan lukisan, dan hikayat.
Munculnya kerajaan sriwijaya sebagai sebuah kerajaan telah mengalihkan perhatian para ahli sejarah kuno Indonesia dari sejarah kerajaan Mataram. Sayangnya meskipun sudah banyak penelitian yang dilakukan , tetapi hasilnya kurang memuaskan karena banyak hal hal yang belum dapat diungkapkan secara tuntas. Salah satu penyebabnya ialah sumber sejarah yang ada ternyata tidak cukup untuk dapat merekonstruksi sejarah Sriwijaya dari awal hingga akhir. (Notosusanto, 2008:70)
1.1  Permasalahan
Ø  Bagaimanakah berdirinya Kerajaan Sriwijaya?
Ø  Bagaimanakah Kerajaan Sriwijaya dapat menjadi Kerajaan Nasional I?
Ø  Bagaimanakah kehidupan ekonomi, politik, social, dan budaya pada masa kerajaan Sriwijaya?
Ø  Mengapa kerajaan maritim Sriwijaya dapat runtuh?



2.1 Munculnya Kerajaan Sriwijaya
1. Sejarah dan Lokasi
Pengetahuan mengenai sejarah Sriwijaya baru lahir pada permulaan abad ke-20 M, ketika George Coedes menulis karangannya berjudul Le Royaume de Crivijaya pada tahun 1918 M. Coedes kemudian menetapkan bahwa, Sriwijaya adalah nama sebuah kerajaan di Sumatera Selatan. Lebih lanjut, Coedes juga menetapkan bahwa, letak ibukota Sriwijaya adalah Palembang, dengan bersandar pada anggapan Groeneveldt dalam karangannya, Notes on the Malay Archipelago and Malacca, Compiled from Chinese Source, yang menyatakan bahwa, San-fo-ts‘I adalah Palembang yang terletak di Sumatera Selatan, yaitu tepatnya di tepi Sungai Musi atau sekitar kota Palembang sekarang.(Muljana, 2006:108)
2. Sumber Sejarah
Sumber-sumber sejarah yang mendukung tentang keberadaan Kerajaan Sriwijaya berasal dari berita asing dan prasasti-prasasti.
B. Sumber Asing
Sumber Cina
Kunjungan I-tsing, seorang peziarah Budha dari China pertama adalah tahun 671 M. Dalam catatannya disebutkan bahwa, saat itu terdapat lebih dari seribu orang pendeta Budha di Sriwijaya. Aturan dan upacara para pendeta Budha tersebut sama dengan aturan dan upacara yang dilakukan oleh para pendeta Budha di India. I-tsing tinggal selama 6 bulan di Sriwijaya untuk belajar bahasa Sansekerta, setelah itu, baru ia berangkat ke Nalanda, India. Setelah lama belajar di Nalanda, tahun 685 I-tsing kembali ke Sriwijaya  dan tinggal selama beberapa tahun untuk menerjemahkan teks-teks Budha dari bahasa Sansekerta ke bahasa Cina. Catatan Cina yang lain menyebutkan tentang utusan Sriwijaya yang datang secara rutin ke Cina, yang terakhir adalah tahun 988 M. (Muljana, 2006:112)
Sumber Arab
Arab, Sriwijaya disebut Sribuza. Mas‘udi, seorang sejarawan Arab klasik menulis catatan tentang Sriwijaya pada tahun 955 M. Dalam catatan itu, digambarkan Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan besar, dengan tentara yang sangat banyak. Hasil bumi Sriwijaya adalah kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala, kardamunggu, gambir dan beberapa hasil bumi lainya.
Sumber India
Kerajaan Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan raja-raja dari kerajaan yang ada di India seperti dengan Kerajaan Nalanda, dan Kerajaan Chola. Dengan Kerajaan Nalanda disebutkan bahwa Raja Sriwijaya mendirikan sebuah prasasti yang dikenal dengan nama Prasasti Nalanda.
Pada tahun 1886 Beal mengemukakan pendapatnya bahwa, Shih-li-fo-shih merupakan suatu daerah yang terletak di tepi Sungai Musi, Sumber lain, yaitu Beal mengemukakan pendapatnya pada tahun 1886 bahwa, Shih-li-fo-shih merupakan suatu daerah yang terletak di tepi Sungai Musi.
 Pada tahun 1913 M, Kern telah menerbitkan Prasasti Kota Kapur, prasasti peninggalan Sriwijaya yang ditemukan di Pulau Bangka. Namun, saat itu, Kern menganggap Sriwijaya yang tercantum pada prasasti itu adalah nama seorang raja, karena Cri biasanya digunakan sebagai sebutan atau gelar raja.
C. Sumber Lokal atau Dalam Negeri
Sumber dalam negeri berasal dari prasasti-prasasti yang dibuat oleh raja-raja dari Kerajaan Sriwijaya. Prasasti itu antara lain sebagai berikut.
Prasasti Kota Kapur
Prasasti ini merupakan yang paling tua, bertarikh 682 M, menceritakan tentang kisah perjalanan suci Dapunta Hyang dari Minana dengan perahu, bersama dua laksa (20.000) tentara dan 200 peti perbekalan, serta 1.213 tentara yang berjalan kaki. Prasasti ini mungkin dibawa dari luar pulau karena jenis batu yang dipakai tidak terdapat di pulau Bangka tempat prasasti ini berada.keterangan yang terpenting adalah mengenai usaha Sriwijaya untuk menaklukkan bumi jawa yang tidak tunduk terhadap Sriwijaya.( Notosusanto, 2008:76)
Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti berangka tahun 683 M itu menyebutkan bahwa raja Sriwijaya bernama Dapunta Hyang yang membawa tentara sebanyak 20.000 orang berhasil menundukan Minangatamwan. Dengan kemenangan itu, Kerajaan Sriwijaya menjadi makmur. Daerah yang dimaksud Minangatamwan itu kemungkinan adalah daerah Binaga yang terletak di Jambi. Daerah itu sangat strategis untuk perdagangan. Prasasti ini berhurufkan pallawa dan berbahasa melayu kuno, jumlahnya 10 baris
Prasasti Talangtuo
Prasasti berangka tahun 684 M itu menyebutkan tentang pembuatan Taman Srikesetra atas perintah Raja Dapunta Hyang.
Prasasti Karang Berahi
 Prasasti berangka tahun 686 M itu ditemukan di daerah pedalaman Jambi, yang menunjukan penguasaan Sriwijaya atas daerah itu.
Prasasti Ligor
Prasasti berangka tahun 775 M itu menyebutkan tentang ibu kota Ligor dengan tujuan untuk mengawasi pelayaran perdagangan di Selat Malaka.
Prasasti Nalanda
Prasasti itu menyebutkan Raja Balaputra Dewa sebagai Raja terakhir dari Dinasti Syailendra yang terusir dari Jawa Tengah akibat kekalahannya melawan Kerajaan Mataram dari Dinasti Sanjaya. Dalam prasasti itu, Balaputra Dewa meminta kepada Raja Nalanda agar mengakui haknya atas Kerajaan Syailendra. Di samping itu, prasasti ini juga menyebutkan bahwa Raja Dewa Paladewa berkenan membebaskan 5 buah desa dari pajak untuk membiayai para mahasiswa Sriwijaya yang belajar di Nalanda.
Prasasti Telaga Batu.
Prasasti ini Karena ditemukan di sekitar Palembang pada tahun 1918 M. Berbentuk batu lempeng mendekati segi lima, di atasnya ada tujuh kepala ular kobra, dengan sebentuk mangkuk kecil dengan cerat (mulut kecil tempat keluar air) di bawahnya. Menurut para arkeolog, prasasti ini digunakan untuk pelaksanaan upacara sumpah kesetiaan dan kepatuhan para calon pejabat. Dalam prosesi itu, pejabat yang disumpah meminum air yang dialirkan ke batu dan keluar melalui cerat tersebut. Sebagai sarana untuk upacara persumpahan, prasasti seperti itu biasanya ditempatkan di pusat kerajaan., maka diduga kuat Palembang merupakan pusat Kerajaan Sriwijaya. Prasasti-prasasti dari Kerajaan Sriwijaya itu sebagian besar menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno.
2.2 Masa Puncak Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Balaputradewa. Ia mengadakan hubungan dengan raja Dewapaladewa dari India. Dalam prasasti Nalanda yang berasal dari sekitar tahun 860 M disebutkan bahwa Balaputradewa mengajukan permintaan kepada raja Dewapaladewa dari Benggala untuk mendirikan biara bagi para mahasiswa dan pendeta Sriwijaya yang belajar di Nalanda. Balaputradewa adalah putra Samaratungga dari Dinasti Syailendra yang memerintah di Jawa Tengah tahun 812 – 824 M.
Sriwijaya pernah pula menjadi pusat pendidikan dan pengembangan agama Budha. Seorang biksu Budha dari Cina bernama I-tsing pada tahun 671 berangkat dari Kanton ke India untuk belajar agama Budha. Ia singgah di Sriwijaya selama enam bulan untuk belajar bahasa sansekerta. Di Sriwijaya mengajar seorang guru agama Budha terkenal bernama Sakyakirti yang menulis buku berjudul Hastadandasastra. Para biksu Cina yang hendak belajar agama ke India dianjurkan untuk belajar di Sriwijaya selama 1 – 2 tahun. Pada masa berikutnya, yaitu pada tahun 717 dua pendeta Tantris bernama Wajrabodhi dan Amoghawajra datang ke Sriwijaya. Kemudian, antara tahun 1011-1023 M datang pula pendeta dari Tibet bernama Attisa untuk belajar agama Budha kepada mahaguru di Sriwijaya bernama Dharmakirti.( Muljana,2006:144)
Adapun faktor faktor yang menyebabkan Kerajaan Sriwijaya mencapai masa gemilang yaitu:
1) Letaknya yang strategis di Selat Malaka yang merupakan jalur pelayaran dan perdagangan internasional. Hal ini mendorong Kerajaan Sriwiijaya untuk berkembang pesat sebagai Negaramaju
2) Kemajuan kegiatan perdagangan antara India dan Cina yang melintasi Selat Malaka sehinggamembawakeuntunganyangterbesarbagiSriwijaya.
3) Keruntuhan Kerajaan Funan di Vietnam Selatan akibat serangan Kerajaan Kamboja memberikan kesempatan bagi perkembangan Sriwijaya sebagai negara maritim (sarwajala), yang selama abad ke-6 dipegang oleh Kerajaan Funan
.

2.3 Kehidupan Ekonomi, Politik, Sosial dan Budaya Ekonomi
1. Ekonomi
Menurut catatan asing, Bumi Sriwijaya menghasilkan bumi beberapa diantaranya, yaitu cengkeh, kapulaga, pala, lada, pinang, kayu gaharu, kayu cendana, kapur barus, gading, timah, emas, perak, kayu hitam, kayu sapan, rempah-rempah dan penyu. Barang-barang tersebut dijual atau dibarter dengan kain katu, sutera dan porselen melalui relasi dagangnya dengan Cina, India, Arab dan Madagaskar .
2. Politik
Untuk memperluas pengaruh kerajaan, cara yang dilakukan adalah melakukan perkawinan dengan kerajaan lain.  Hal ini dilakukan oleh penguasa Sriwijaya Dapunta Hyang pada tahun 664 M, dengan menikahkan Sobakancana, putri kedua raja Kerajaan Tarumanegara.
Saat kerajaan Funan di Indo-China runtuh, Sriwijaya memperluas daerah kekuasaannya hingga bagian barat Nusantara. Di wilayah utara, melalui kekuatan armada lautnya, Sriwijaya mampu mengusai lalu lintas perdagangan antara India dan Cina, serta menduduki semenanjung malaya. Kekuatan armada terbesar Sriwijaya juga melakukan ekspansi wilayah hingga ke pulau jawa termasuk sampai ke Brunei atau Borneo. Hingga pada abad ke-8, Kerajaan Sriwijaya telah mampu menguasai seluruh jalur perdagangan di Asia Tenggara.
Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam sistem pemerintahan Kerajaan Sriwijaya. Ada tiga syarat utama untuk menjadi raja Sriwijaya,   yaitu :
1.Samraj, artinya berdaulat atas rakyatnya
2.Indratvam, artinya memerintah seperti Dewa Indra yang selalu memberikan                kesejahteraan bagi rakyatnya
3. Ekachattra, artinya mampu memayungi (melindungi) seluruh rakyatnya.
Berikut daftar silsilah para Raja Kerajaan Sriwijaya :
1.      Dapunta Hyang Sri Yayanaga (Prasasti Kedukan Bukit 683 M, Prasasti Talangtuo 684 M)
2.      Cri Indrawarman (berita Cina, 724 M)
3.      Rudrawikrama (berita Cina, 728 M)
4.      Wishnu (Prasasti Ligor, 775 M)
5.      Maharaja (berita Arab, 851 M)
6.      Balaputradewa (Prasasti Nalanda, 860 M)
7.      Cri Udayadityawarman (berita Cina, 960 M)
8.      Cri Udayaditya (Berita Cina, 962 M)
9.      Cri Cudamaniwarmadewa (Berita Cina, 1003. Prasasti Leiden, 1044 M)
10.  Maraviyatunggawarman (Prasasti Leiden, 1044 M)
11.  Cri Sanggrama Wijayatunggawarman (Prasasti Chola, 1004 M).
12.  3. Sosial dan Budaya
Sriwijaya yang merupakan kerajaan besar penganut agama Budha telah berkembang iklim yang kondusif untuk mengembangkan agama Budha. Itsing, seorang pendeta Cina pernah menetap selama 6 tahun untuk memperdalam agama Budha. Salah satu karya yang dihasilkan, yaitu Ta Tiang si-yu-ku-fa-kao-seng-chuan yang selesai ditulis pada tahun 692 M.
Peninggalan-peninggalan Kerajaan Sriwijaya banyak ditemukan di daerah Palembang, Jambi, Riau, Malaysia, dan Thailand. Ini disebabkan karena Sriwijaya merupakan kerajaan maritim selalu berpindah-pindah, tidak menetap di satu tempat dalam kurun waktu yang lama.
Prasasti dan situs yang ditemukan disekitar Palembang, yaitu Prasasti Boom Baru (abad ke7 M), Prasasti Kedukan Bukit (682 M), Prasasti Talangtuo (684 M), Prasasti Telaga Batu ( abad ke-7 M), Situs Candi Angsoka, Situs Kolam Pinishi, dan Situs Tanjung Rawa.
Peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya lainnya yang ditemukan di jambi, Sumatera Selatan dan Bengkulu, yaitu Candi Kotamahligai, Candi Kedaton, Candi Gedong I, Candi Gedong II, Candi Gumpung, Candi Tinggi, Candi Kembar batu, Candi Astono dan Kolam Telagorajo, Situs Muarojambi.Di Lampung, prasasti yang ditemukan, yaitu Prasasti Palas Pasemah dan Prasasti Bungkuk (Jabung). Di Riau, Candi Muara Takus yang berbentuk stupa Budha.
2.4 Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya
Faktor ekonomi
Akibat dari persaingan di bidang pelayaran dan perdagangan, Raja Rajendra Chola melakukan dua kali penyerangan ke Kerajaan Sriwijaya. Bahkan pada penyerangganya yang kedua, Kerajaan Chola berhasil menawan Raja Cri Sanggrama Wijayatunggawarman serta berhasil merebut kota dan bandar-bandar penting Kerajaan Sriwijaya.
Pada abad ke-13 M, Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran yang luar biasa. Kerajaan besar di sebelah utara, seperti Siam. Kerajaan Siam yang juga memiliki kepentingan dalam perdagangan memperluas wilayah kekuasaannya ke wilayah selatan. Kerajaan Siam berhasil menguasai daerah semanjung Malaka, termasuk Tanah Genting Kra. Akibat dari perluasan Kerajaan Siam tersebut, kegiatan pelayaran perdagangan Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang. Sriwijaya menjadi kerajaan kecil dan lemah yang wilayahnya terbatas di daerah Palembang, pada abad ke-13 Kerajaan Sriwijaya di hancurkan oleh Kerajaan Majapahit.
Faktor politik
1.Serangan Kerajaan Chola
Pada saat pertikaian antara Sriwijaya dengan Jawa, hubungan antara Sriwijaya dengan kerajaan Chola masih baik. Buktinya, sekitar tahun 1005 M, raja Sriwijaya membangun candi Budha di Nagipattana atau Nagapatam di wilayah kekuasaan kerajaan Chola. Hubungan baik yang dibina raja Sriwijaya, Sri Chulamaniwarmadewa, dengan penguasa Chola tidak berlangsung lama. Karena politik Chola terhadap perluasan kekuatan di lautan seperti yang dilakukan kerajaan-kerajaan kuno sebelumnya yang mengulangi cara-cara yang dipakai untuk mempertahankanmonopoliperdaganganmereka.

            Tahun 1007 M, kerajaan Chola mulai menyerang ke arah timur. Raja Chola mengklaim bahwa mereka telah menaklukan 12.000 pulau. Ketika raja Chola mangkat pada tahun 1014, sang putra kerajaan Rajendra untuk beberapa tahun tetap bersahabat dengan Sriwijaya dan bahkan memperkuat hadiah yang diberikan ayahnya pada Vihara Negapatam yang dibangun oleh Sriwijaya.
 Pada awal abad ke-11 Masehi, peta politik di sekitar Selat Malaka mulai berubah, persahabatan antara Sriwijaya dan Chola berubah menjadi permusuhan. Tahun 1023 M, raja Rajendra menyerang kedudukan Sriwijaya di Kadaram dan Kataha. Pada abad ke-11 Masehi itu, tercatat tiga kali serangan Chola kepada Sriwijaya.
Dalam serangan Chola tahun 1024, lebih ditujukan kepada daerah Semenanjung Malaka. Tetapi serangan Chola itu tidak sampai menghancurkan sama sekali kejayaan Sriwijaya, karena pasukan Sriwijaya mempunyai daerah pertahanan yang terdiri dari banyaknya anak-anak sungai, kawasan berawa-rawa, dan pulau-pulau di wilayahnya.
Tahun 1025 M, pasukan Chola kembali mengadakan serangan besar yang melemahkan kedudukan Sriwijaya. Sebagian besar tempat-tempat ini terletak di Sumatra atau Semenanjung Melayu, tetapi beberapa nama-nama itu belum dapat diidentifikasikan. Tempat yang dapat diidentifikasi dengan pasti adalah Palembang, Melayu (Jambi), dan Pane (pantai timur Sumatra), Langkasuka (Ligor), Takola dan Kedah di daratan Melayu; Tumasik, (sekarang Singapura), Aceh di ujung utara Sumatra, dan kepulauan Nikobar. Namun, serangan dahsyat tersebut, tetap tidak meruntuhkan Sriwijaya, hanya memperkecil daerah kekuasaannya.
Setelah serangan Chola, Sriwijaya kembali dapat membangun menjadi negeri yang besar. Bukti-bukti arkeologis yang ditemukan di daerah Jambi berupa sisa-sisa bangunan suci; sebuah stupa dan beberapa makara. Salah satu dari makara tersebut berangka tahun 1064 M. Bukti lain berupa kronik Sung-shih tetap mencatat adanya utusan-utusan dari Sriwijaya ke negeri Cina pada tahun 1028 M, 1067M,dan 1080M.
 Jadi, serangan Chola yang dahsyat itu tidak membuat kerajaan Sriwijaya lemah. Namun akibat serangan Chola itu cukup fatal terhadap kekuasaan kerajaan Sriwijaya; kekuatan kerajaan maritim ini mulai menurun dan dominasi kerajaan Sriwijaya atas lalu-lintas perdagangan di selat Malaka lambat laun makin pudar. Sriwijaya sudah tidak mampu lagi mengawasi negeri-negeri bawahannya. Dalam situasi demikian, negeri Melayu yang terletak di Jambi, yang sejak abad ke-7 Masehi menjadi bawahan kerajaan Sriwijaya, menggunakan kesempatan untuk melepaskan dirinya dari kekuasaan Sriwijaya.
Lemahnya kedudukan Sriwijaya setelah serangan Chola tersebut, juga memungkinkan penguasa Airlangga di Jawa Timur (1019 M-1042 M) untuk merebut kembali daerah yang hilang (1006 M) pada era kekuasaan ayahnya, raja Dharmawangsa. Kebijakan politik Airlangga adalah kerjasama dengan penguasa Sriwijaya dalam menghadapi ancaman dan membendung serangan Chola. Penguasa Sriwijaya dan penguasa Airlangga tersebut sepakat mengadakan perdamaian. Tahun 1030 Airlangga kawin dengan puteri Sanggrama Vijayottunggawarman dari Sriwijaya.
Dari tahun 1030 M sampai 1064 M tak ada yang diketahui tentang sejarah Sriwijaya. Tahun 1064, sebuah prasasti berbentuk patung makara, ditemukan di Solok, Sumatra Barat yang berbatasan dengan Jambi, menyebut seorang Dharmavira, tetapi tidak ada yang diketahui tentangnya. Patung itu mengandung bukti-bukti seni Jawa. Rupanya setelah itu upaya Sriwijaya menegakkan kembali kekuasaannya atas Sumatra, tetapi tidak pernah mencapai kekuasaannya yang seperti era sebelumya. Yang jelas, penguasa Sriwijaya dengan Airlangga mencapai suatu kesepakatan untuk membiarkan wilayah kekuasaan Airlangga di bagian barat Nusantara dan Jawa ke timur.
2. Ekspedisi Pamalayu
Ekspedisi pamalayu merupakan operasi militer yang dilakukan kerajaan singasari dibawah pimpinan raja kertanegara pada tahun 1275-1293 terhadap kerajaan melayu di dharmasraya di pulau sumatera. Ekspedisi pamalayu bertujuan untuk menaklukkan seluruh bumi melayu. Gagasan tersebut dimulai pada tahun 1275 dengan pengiriman pasukan di bawah pimpinan Kebo Anabrang untuk menaklukan bhumi malayu.
Negarakertagama mengisahkan bahwa tujuan Ekspedisi Pamalayu sebenarnya untuk menundukkan Swarnnabhumi secara baik-baik. Namun, tujuan tersebut mengalami perubahan karena raja Swarnnabhumi ternyata melakukan perlawanan. Meskipun demikian, pasukan Singhasari tetap berhasil memperoleh kemenangan. Akibat dari peristiwa ini, daerah kekuasaan kerajaan Sriwijaya direbut oleh kerajaan singasari, sehingga memperlemah kedudukan kerajaan Sriwijaya.